Catatan Bagi Misdinar
Pendahuluan:
Pada jaman dulu, hanya akolit yang ditahbiskan (klerus
tahbisan minor) yang merupakan salah satu tahap menuju imamat, yang
diijinkan untuk melayani imam di misa kudus.
Kini, karena tahbisan mibor itu sudah tidak ada lagi, maka tugas ini kebanyakan diserahkan kepada awam.
Sebagai misdinar, Anda harus mencerminkan sikap yang sama sebagaimana imam merayakan Misa Kudus.
Anda harus melakukan tugas liturgi ini dengan, “terhormat, penuh
perhatian, dan sepenuh hati”; dengan sikap yang pantas, layak, dan
saleh, baik dalam tubuh, pikiran dan hati.
Tugas suci Anda sekalian membutuhkan penghormatan mendalam terhadap
area suci di altar dan sakristi, perhatian mendalam terhadap tugas, dan
persiapan dengan penuh semangat untuk kelancaran tugas liturgi Anda.
Kebanggaan:
Anda harus selalu berskap dengan layak di posisi Anda, entah sebagai
akolit 1 atau akolit 2 (yakni yang ada di samping imam saat konsekrasi),
atau pembawa lilin (torch bearer), pembawa salib (cross bearer),
pembawa wiruk dan dupanya (thurible & boat bearer), maupun yang
bertugas mempersiapkan bara api di luar sakristi.
Mendidik umat lewat teladan:
Jadi jika Anda melayani dengan penuh perhatian dan pengabdian, Anda sama dengan telah mendidik umat, yang
saat ini memandang kalian-kalian sebagai teladan untuk disposisi yang
tepat -baik sikap tubuh, maupun perilaku di kehidupan sehari-hari-
sehingga umat terbantu saat menghadiri Misa.
Tapi, jika Anda melakukan tugas dengan tergesa-gesa,
cerobohan, dan kurang perhatian terhadap detail dsb, Anda akan
menurunkan derajat dan penilaian terhadap “Sakramen yang paling indah
ini sisi Surga, ” Tuhan Yang Maha Kuasa yang hadir dalam Kurban Kudus Misa, Tubuh, Jiwa, Hati dan Keilahian-Nya.
Menjaga Sikap:
Di sekitar dan di dalam gereja, di sakristi, dan terutama di
sekitaraltar, Anda harus menunjukkan dengan sikap Anda kekudusan tugas
yang Anda lakukan.
Bahkan kebersihan tubuh luar Anda harus menjadi tanda kemurnian interior hati Anda.
Anda harus, menghindari kesembronoan apapun, sikap tidak hormat, dan
berbicara hal yang tidak perlu di hadapan Tuhan kita di Sakramen
Mahakudus. Di sakristi sebelum Misa, ketika menanti prosesi ke altar,
Anda harus menyiapkan pikiran dan hati untuk tugas-tugas suci yang akan
dilakukan.
Di altar gerakan Anda harus menjadi penuh hormat dan berwibawa, dan tidak tergesa-gesa.
Vestimentum:
Doa:
Anda harus selalu memulai dengan doa saat mengenakannya, dengan doa berikut ini:
Untuk jubah (cassock) ini:
Dominus, pars meae haereditatis, et calicis mei:
tu es, qui restitues hereditatem meam mihi.
Ya Tuhan, bagian dari warisanku, dan pialaku:
Engkau adalah Dia yang akan mengembalikan warisan untuk-ku.
Untuk superply (surplice) ini:
Indue me, Domine, novum hominem, qui secundum Deum creatus est in iustitia et sanctitate veritatis. Amen.
Anugerahilah aku, ya Tuhan, sebagai manusia baru, yang diciptakan oleh Allah dalam keadilan, kekudusan dan kebenaran. Amin.
—-
Anda harus renungkan itu, dan ambil sebagai tanggung jawab baik untuk
diri sendiri, maupun adik-adik yang akan meneruskan tugas Anda
nantinya.
Di sisi lain, misdinar yang ceroboh bisa juga menjadi penyebab kegagalan jiwa untuk datang kepada iman.
Penyair Perancis, Paul Claudel, dipanggil menjadi Katolik ketika ia
mengamati sikap hormat dari misdinar-misdinar di sekitar altar, di
Katedral Notre Dame.
“Itu adalah puisi yang sangat megah dan mendalam,
ditambah dengan sikap yang sangat agung yang pernah dilakukan oleh umat
manusia. Aku selalu tidak pernah bisa mengenyangkan diriku dengan
melihat Misa.”
Thanks
By
Antonius Waluyo Nugroho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar